📊
Penjelasan 5 Dimensi Kesetaraan
1. Kesetaraan Ekonomi
Semakin tinggi skornya, semakin Anda menghargai otonomi ekonomi perempuan. Wanita Mesir kuno bisa memiliki properti dan menjalankan bisnis, dan Islandia modern adalah negara pertama yang mewajibkan bukti kesetaraan upah. Wanita Sparta kuno memiliki sebagian besar tanah dan mengelola ekonomi saat suami mereka tidak ada. Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin kegiatan ekonomi dibatasi. Di bawah Taliban, perempuan dilarang dari hampir semua profesi, wanita Athena kuno tidak bisa memiliki properti dan membutuhkan wali laki-laki untuk semua transaksi ekonomi. Di Inggris era Victoria, semua properti menjadi milik suami setelah menikah.
2. Kesetaraan Politik
Semakin tinggi skornya, semakin Anda menjamin partisipasi politik perempuan. Rwanda modern memiliki proporsi perempuan tertinggi di parlemen di dunia sebesar 61%, dan di Barat tahun 1970-an, perdana menteri wanita mulai bermunculan (Margaret Thatcher, Golda Meir). Islandia modern memilih presiden wanita pertama di dunia melalui pemilihan demokratis pada tahun 1980. Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin hak politik ditolak. Di bawah Taliban, perempuan bahkan tidak memiliki hak untuk memilih, dan perempuan di Dinasti Joseon sama sekali tidak memiliki partisipasi politik. Di Eropa abad pertengahan, partisipasi politik perempuan juga terbatas pada pengaruh informal ratu atau wanita bangsawan.
3. Kesetaraan Pendidikan
Semakin tinggi skornya, semakin Anda menjamin hak pendidikan perempuan. Di Barat tahun 1990-an, tingkat pendaftaran universitas perempuan melampaui laki-laki, dan perempuan di peradaban Minoa kuno aktif berpartisipasi dalam seni dan kegiatan budaya. Uni Soviet awal sangat memperluas pendidikan perempuan melalui kampanye literasi dan menghasilkan banyak dokter dan insinyur wanita. Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin pendidikan dibatasi. Di bawah Taliban, sekolah perempuan ditutup dan pendidikan di atas sekolah dasar dilarang. Di Eropa abad pertengahan, hampir tidak ada kesempatan pendidikan bagi perempuan kecuali di biara, dan perempuan di Dinasti Joseon menerima pendidikan terbatas yang berpusat pada teks etika seperti 'Yeosaseo'.
4. Kesetaraan Keluarga/Sosial
Semakin tinggi skornya, semakin Anda menghormati otonomi dalam keluarga dan masyarakat. Wanita di peradaban Minoa kuno berpartisipasi dalam olahraga seperti bull-leaping dan bebas terlibat dalam kegiatan publik, dan di Mesir kuno, hak perceraian dan menikah lagi dijamin. Wanita Sparta kuno bebas keluar dan bisa berbicara terbuka dengan laki-laki. Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin Anda terbatas pada peran domestik. Di Eropa abad pertengahan, perempuan tidak bisa mandiri karena takut dicurigai sebagai penyihir, dan di pertengahan hingga akhir Dinasti Joseon, perempuan bisa diusir secara sepihak karena tujuh alasan untuk perceraian (chilgeojiak) dan menikah lagi dilarang. Wanita di Dinasti Ming-Qing China kehilangan kebebasan bergerak mereka melalui kebiasaan mengikat kaki yang mengikat kaki mereka.
5. Hak Hukum/Tubuh
Semakin tinggi skornya, semakin Anda menjamin hak hukum dan otonomi tubuh. Wanita Mesir kuno bisa bersaksi di pengadilan dengan setara dengan laki-laki dan mengajukan gugatan, dan Islandia modern menjamin perlindungan hukum yang kuat terhadap kekerasan seksual dan hak aborsi. Di Barat tahun 1970-an, hak aborsi mulai diakui secara hukum (keputusan Roe v. Wade AS). Sebaliknya, semakin rendah skornya, semakin otonomi tubuh dilanggar. Di bawah Taliban, perempuan yang dituduh berzina bisa dirajam sampai mati, dan kesaksian perempuan diperlakukan sebagai setengah nilai kesaksian laki-laki. Di Babilonia kuno, perempuan yang berzina dilemparkan ke sungai, dan di Dinasti Ming-Qing China, kebiasaan mengikat kaki memaksa rasa sakit ekstrim mengikat dan mematahkan tulang kaki gadis muda.